Berbicara tentang Nyepi, hal pertama yang terlintas di pikiran adalah Bali. Tak heran, karena mayoritas masyarakat Bali memeluk agama Hindu dan merayakan Nyepi. Oleh karena itu, suasana di Bali biasanya sangat berbeda dengan hari raya Nyepi biasanya. Hampir semua orang akan tinggal di rumah dan tidak beraktivitas di luar, jalanan dan tempat-tempat umum sepi.
Nyepi merupakan hari raya untuk umat hindu seperti tidak melakukan aktivitas seperti hari -hari biasanya. Umat Hindu akan betah bermeditasi dan melawan hawa nafsu. Kegiatan senyap ini dilakukan selama 24 jam, mulai pukul 06.00 hingga 06.00 keesokan harinya.
Pemerintah setempat juga telah mengeluarkan kebijakan tertentu untuk membuat perayaan Nyepi menjadi khusyuk. Termasuk kegiatan di Bandara Internasional Ngurah Rai. Bandara pastinya tidak pernah tidak sepi tetapi pada tanggal 3 maret bandara akan ditutup selama 24 jam untuk memperingati hari raya Nyepi yang jatuh pada 3 Maret 2022 atau Tahun Baru Saka (Isakawarsa) 1944.
Baca Juga : 5 Alasan Kenapa Harus Kunjungi Singapura Untuk Habiskan Liburan Kamu, Deket Banget.
Bandara Ngurah Rai Hari Raya Nyepi
Memperingati Hari Raya Nyepi, Bandara Ngurah Rai Bali telah mengeluarkan kebijakan penutupan sementara selama 24 jam. Kebijakan ini mengakibatkan total 115 penerbangan dihentikan. Mulai penutupan bandara dari tanggal 3 Maret 2022 pukul 06.00 WIB sampai dengan tanggal 4 Maret 2022 pukul 06.00 WIB. Tentu saja, penutupan bandara dan pembatalan sementara penerbangan ini merupakan pengecualian untuk penerbangan darurat seperti penerbangan evakuasi medis.
Ogoh-ogoh
Serangkaian kegiatan umat Hindu dilakukan dalam rangka menyambut hari raya Nyepi. Upacara Melasti dimulai pada 2-3 sebelum hari raya nyepi. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk untuk mencapai kesucian hati bagi umat Hindu.
Selanjutnya pada malam pengrupukan (malam menjelang Hari Raya Nyepi) akan dilakukan pawai Ogoh-Ogoh. Ogoh-ogoh diadopsi dari bahasa Bali “ogah-ogah” yang berarti sesuatu yang mudah diguncang. Nantinya, sosok ogoh-ogoh yang menyerupai tokoh dalam cerita Rama dan Shinta akan dibakar sebagai simbol “jiwa jahat yang dikalahkan”.
Baca Juga : Cobalah Beberapa Gerakan Untuk Mulai Mendaki Gunung